Euthymius Agung yang Kudus dan Terhormat [473]

Diperingati Gereja Orthodox pada 2 Februari (kalender sipil) / 20 Januari (kalender Gereja Purba)

Euthymius Agung lahir di Meletina, Armenia dekat Sungai Efrat. Orangtuanya Paulus dan Dionysia adalah orang-orang Kristen yang mulia dan saleh dari keturunan bangsawan. Setelah bertahun-tahun menikah, mereka tetap tidak memiliki anak, dan dalam kesedihan mereka, mereka memohon kepada Allah untuk memberi mereka keturunan. Akhirnya, mereka memiliki penglihatan dan mendengar sebuah suara berkata, “Bersuka citalah! Allah akan memberimu seorang putra, yang akan membawa sukacita ke Gereja-Gereja. “Anak itu bernama Euthymius (“suka cita”).

Setelah wafatnya Paulus, Dionysia ibunya, memenuhi sumpahnya untuk mendedikasikan putranya kepada Allah, memberikannya kepada saudara lelakinya, Rahib Eudoxius, untuk dididik. Dia menyerahkan anak itu kepada Episkop Eutroius dari Melitene, yang menerimanya dengan kasih. Episkop mengangkatnya menjadi seorang Pembaca. Kemudian Euthymius menjadi seorang Rahib dan ditahbiskan menjadi seorang Imam serta dipercayakan mengurus Monasteri-Monasteri di kota itu.

Euthymius sering mengunjungi Monasteri Polyeuktos Kudus dan mengundurkan diri ke gurun pada masa Puasa Agung (Masa Prapaskah). Tanggung jawabnya terhadap biara-biara sangat membebani petapa, dan bertentangan dengan keinginannya untuk diam, jadi ketika berusia tiga-puluh tahun, ia secara rahasia pergi ke Yerusalem. Setelah bersujud di Tempat-Tempat Kudus, ia mengundurkan diri dan berdiam di luar Lavra Tharan.

Ia mencari nafkah dengan menenun keranjang. Di dekatnya, tetangganya, Js. Theoctistus (3/16 September) juga hidup dalam asketisme. Mereka berbagi semangat yang sama untuk Allah dan untuk perjuangan spiritual, dan masing-masing berjuang untuk mencapai apa yang diinginkan orang lain. Mereka saling mengasihi sehingga mereka seakan berbagi satu jiwa dan satu kehendak.

Setiap tahun, setelah Hari Raya Theofani, mereka mundur ke padang pasir Coutila (tidak jauh dari Yerikho). Suatu hari, mereka memasuki ngarai yang curam dan menakutkan dengan aliran sungai melewatinya. Mereka melihat sebuah gua di atas tebing, dan menetap di sana. Akan tetapi, Tuhan segera mengungkapkan tempat mereka yang sepi untuk kepentingan banyak orang.

Ada gembala-gembala yang sedang menggembalakan kawanan gembalaan menemukan gua itu dan dan melihat para biarawan. Mereka kembali ke desa dan memberi tahu orang-orang tentang para petapa yang tinggal di sana. Orang-orang yang mencari kehidupan spiritual mulai mengunjungi para pertapa dan membawakan mereka makanan. Lambat laun, komunitas biara tumbuh di sekitar mereka. Beberapa rahib datang dari biara Tharan, di antaranya Marinus dan Lukas. Js. Euthymius mempercayakan pengawasan biara yang sedang tumbuh itu kepada temannya, Theoctistus.

Js. Euthymius mendesak para saudara untuk menjaga pikiran mereka. “Siapa pun yang ingin menjalani kehidupan biara seharusnya tidak mengikuti kehendaknya sendiri. Dia harus taat dan rendah hati, dan memperhatikan saat kematian. Ia harus takut akan penghakiman dan api abadi, dan mencari Kerajaan surgawi.”

Orang suci itu mengajar para rahib muda untuk memperbaiki pemikiran mereka tentang Allah sambil melakukan kerja fisik. “Jika orang awam bekerja untuk memberi makan diri mereka sendiri dan keluarga mereka, dan untuk memberi sedekah dan mempersembahkan kurban kepada Allah, bukankah kita sebagai rahib wajib bekerja untuk menopang diri kita sendiri dan untuk menghindari kemalasan? Kita seharusnya tidak bergantung pada orang asing. ”

Orang suci itu menuntut agar para rahib berdiam diri di Gereja selama ibadah dan saat makan. Ketika dia melihat rahib muda berpuasa lebih dari yang lain, dia menyuruh mereka untuk mengendalikan dan memotong kehendak mereka sendiri, untuk mengikuti aturan dan waktu yang ditentukan untuk berpuasa. Dia mendesak mereka untuk tidak menarik perhatian pada puasa mereka, tetapi untuk makan secukupnya.

Pada tahun-tahun ini, Euthymius mempertobatkan dan membaptis banyak orang Arab, termasuk Panglima Aspevet dan anak lelakinya Terevon, yang telah disembuhkannya dari penyakit.

Aspevet menerima nama Petrus dalam Baptisan Kudus dan kemudian ditahbiskan menjadi seorang Episkop di antara orang-orang Arab. Betapa mukjizat yang dilakukan oleh Js. Euthymius menyebar dengan cepat. Orang-orang datang dari mana-mana untuk disembuhkan dari penyakit dan dia menyembuhkan mereka. Tidak dapat menanggung ketenaran dan kemuliaan manusia, rahib itu diam-diam meninggalkan biara, hanya membawa murid terdekatnya, Dometian. Dia menarik diri ke Gurun Ruv dan berdiam di Gunung Mardes yang tinggi dekat Laut Mati. Ia menjelajahi Gurun Zeph dan berdiam di gua di mana Daud menyembunyikan diri ketika dikejar oleh Saul, mendirikan sebuah biara di samping gua Daud, dan membangun sebuah gereja.

Pada masa ini, Euthymius mempertobatkan banyak Rahib gurun dari bidat Manes (Manikhean), mengerjakan berbagai Mukjizat, menyembuhkan orang sakit dan mengusir iblis-iblis. Pengunjung mulai mengganggu ketenangan hutan belantara. Karena dia suka kesunyian, Janasuci itu memutuskan untuk kembali ke Monasteri Theoktistos. Di perjalanan, ia menemukan tempat di gunung dan berdiam di sana. Tempat ini akan menjadi situs Lavra Js. Euthymius, dan sebuah gua kecil berfungsi sebagai selnya, dan kemudian juga sebagai makamnya. Theoktistos keluar bersama para Rahib dan memintanya agar kembali ke Monasteri, namun ia menolak. Ia berjanji akan datang ke Monasteri pada hari-hari Minggu untuk Ibadah Ilahi. Js. Euthymius tidak ingin ada orang di dekatnya, atau mengatur kehidupan biara/ cenobium atau lavra. Allah memerintahkan dia dalam sebuah penglihatan untuk tidak mengusir mereka yang datang kepadanya untuk keselamatan jiwa mereka.

Setelah beberapa waktu ada Rahib-Rahib yang berkumpul lagi di sekelilingnya, sehingga ia mendirikan Lavra dan mengorganisasinya dengan pola Tharan Lavra. Pada tahun 429, ketika Js. Euthymius berusia lima puluh dua tahun, Patriark Yerusalem, Juvenal, menguduskan Gereja Lavra itu serta menyediakan Imam-Imam dan Diakon-Diakon.

Pada mulanya lavra itu miskin, tetapi orang suci itu percaya bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan para hamba-Nya. Suatu ketika, sekitar 400 peziarah Armenia dari Yerusalem dalam perjalanan ke Yordania datang ke Lavra itu. Euthymius memerintahkan Juru-Layan Monasteri agar memberi mereka makan. Juru-Layan menjawab bahwa tidak ada cukup makanan di Monasteri, namun Euthymius bersikeras. Juru-Layan kemudian mendapati tempat penyimpanan dipenuhi roti, anggur, dan minyak. Dengan memuliakan Allah, mereka makan, dan setelahnya masih ada cukup bagi Rahib-Rahib selama tiga bulan. Makanan tetap tidak berkurang, seperti janda Sarfat yang memiliki tong makanan dan minyak dalam buli-buli (1Raja 17: 8-16).

Suatu kali, rahib Auxentius menolak untuk melaksanakan ketaatan yang ditugaskan kepadanya. Terlepas dari kenyataan bahwa Js. Euthymius memanggilnya dan mendesaknya untuk taat, dia tetap keras kepala. Euthymius berseru nyaring, ‘Akan kaulihat upah bagi ketidaktaatan!’ Segera Rahib itu jatuh ke tanah meraung-raung. Seorang iblis menangkap Auxentius dan melemparkannya ke tanah. Euthymius menyembuhkan Rahib yang tidak taat itu, yang lalu memohon pengampunan dan berjanji memperbaiki hidupnya. Euthymius mengajarkan bahwa Tuhan menyenangi ketaatan melebihi korban, namun ketidaktaatan menuntun kepada maut. Dua orang Rahib di Monasteri itu merasa tidak sanggup menjalani hidup yang keras dan bertekad melarikan diri. Js. Euthymius melihat dalam sebuah penglihatan bahwa mereka akan dijerat oleh iblis. Dia memanggil mereka dan memperingatkan mereka untuk meninggalkan niat rusak mereka. Dia berkata, “Kita tidak boleh memasukkan pikiran jahat yang mengisi kita dengan kesedihan dan kebencian atas tempat kita tinggal, dan menyarankan agar kita pergi ke tempat lain. Jika seseorang mencoba melakukan sesuatu yang baik di tempat dia tinggal tetapi gagal menyelesaikannya, dia seharusnya tidak berpikir bahwa dia akan mencapainya di tempat lain. Bukan tempat yang menghasilkan kesuksesan, tetapi iman dan kemauan yang kuat. Pohon yang sering dicangkokkan tidak berbuah.” Ia mengajari mereka bahwa perbuatan baik tidak bergantung pada tempat, namun pada kehendak dan Iman yang teguh, dan menasihati mereka agar berteguh dalam segala jalan mereka.

Pada tahun 431, Sinode Semesta Efesus diadakan terhadap bidat Nestorius. Euthymius bersukacita akan peneguhan Ortodoxia namun merasa susah hati karena Episkop-Agung Antiokhia yaitu Yohanes, seorang Orthodox, malah membela Nestorius. Pada tahun 451, Sinode Semesta Kalsedon diadakan terhadap bidat Dioskorus yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus hanya mempunyai satu kodrat, yang ilahi (dengan demikian ajaran sesat itu disebut Monofisit). Dia mengajarkan bahwa dalam Inkarnasi, kodrat manusiawi Kristus ditelan oleh kodrat ilahiNya. Js. Euthymius menerima keputusan Konsili Khalsedon dan dia mengakuinya sebagai Orthodox. Berita tentang ini menyebar dengan cepat di antara para biarawan dan pertapa. Melalui teladannya, Euthymius membawa banyak Rahib dan Pertapa-Pertapa yang sebelumnya percaya secara keliru, untuk meneguhkan Pengakuan-Iman Sinode Semesta Kalsedon.

Karena kehidupan asketik dan pengakuannya yang kuat tentang Iman Orthodox, Gereja memberinya gelar Agung. Euthymius kemudian mengundurkan diri untuk waktu lama di gurun. Ketika ia kembali, para Rahib Lavra melihat bahwa ketika ia merayakan Ibadah Ilahi, ada Api turun dari Sorga dan mengelilinginya. Euthymius sering melihat seorang Malaikat Kudus yang turut merayakan Ibadah Ilahi bersamanya. Ia juga tahu siapa dari antara para Rahib yang mendekati Persekutuan Ilahi dan Tanpa-Cela dengan layak, dan siapa yang mendekati kepada Penghukuman dan Penghakiman. Ketika Euthymius berusia delapan-puluh dua tahun, Sava Terberkati, yang saat itu masih seorang pemuda, datang kepadanya, yang diterimanya dengan kasih dan diutusnya ke Monasteri Theoktistos. Ia bernubuat bahwa Sava akan bersinar dalam Kerahiban.

Ketika Euthymius berusia sembilan-puluh tahun, Theoktistos jatuh sakit berat. Euthymius mengunjunginya dan tinggal di Monasteri itu, dan kemudian menguburkan tubuh sahabatnya. Kemudian ia kembali ke Lavra.

Sebelum wafatnya, yang telah diungkapkan Tuhan kepadanya, dan menjelang Pesta Js. Antonius Agung (17/30 Januari), Js. Euthymius memberikan berkat untuk melayani Vigil semalaman. Ketika ibadah berakhir, dia membawa para rahib ke samping dan mengatakan kepada mereka bahwa dia tidak akan pernah melayani Vigil lain bersama mereka, karena Tuhan memanggilnya dari kehidupan duniawi ini.

Semua dipenuhi dengan kesedihan yang luar biasa, tetapi Jana suci itu meminta saudara-saudara untuk menemuinya di Gereja di pagi hari. Dia mulai mengajar mereka, “Jika engkau mengasihi Aku, taatilah perintah- perintah-Ku (Yohanes 14:15). Kasih adalah kebajikan tertinggi, dan ikatan kesempurnaan (Kol. 3:14). Setiap kebajikan dibuat aman oleh kasih dan kerendahan hati. Tuhan merendahkan diri-Nya karena Kasih-Nya bagi kita dan menjadi manusia. Karena itu, kita harus memuji Dia tanpa henti, terutama karena kita para rahib telah lolos dari gangguan dan keprihatinan duniawi.”

“Lihatlah dirimu, dan jagalah jiwa dan tubuhmu dengan murni. Jangan gagal menghadiri ibadah Gereja, dan menjaga tradisi dan aturan komunitas kita. Jika salah seorang dari saudara-saudara bergumul dengan pikiran-pikiran yang tidak bersih, koreksi, hibur, dan ajarilah dia, sehingga dia tidak jatuh ke dalam jerat iblis. Jangan pernah menolak keramahan pengunjung. Tawarkan tempat tidur untuk setiap orang asing. Berikan apa pun yang engkau bisa untuk membantu orang miskin dalam kemalangan mereka.”

Setelah memberikan perintah untuk bimbingan saudara-saudara, orang suci itu berjanji untuk selalu tetap semangat dengan mereka dan dengan orang-orang yang mengikuti mereka di biara. Js. Euthymius kemudian membubarkan semua orang kecuali muridnya, Dometian. Dia tetap di altar selama tiga hari, lalu meninggal pada tanggal 20 Januari 473 pada usia sembilan puluh tujuh.

Sekawanan besar Rahib gurun, termasuk Gerasimos, Patriark Anastasios beserta para Klerus, dan kedua Rahib Nitrea yaitu Martyrios dan Elias yang kemudian menjadi Patriark-Patriark Yerusalem sesuai Nubuat Euthymius, datang ke penguburannya. Muridnya, Dometian, tidak meninggalkan kuburnya selama enam hari. Pada hari ketujuh, dia melihat abba suci dalam kemuliaan, memanggil muridnya, “Mari, anakku, Tuhan Yesus Kristus ingin kau bersamaku.” Setelah memberitahu para Rahib, Dometian pergi ke dalam Gereja dan dalam sukacita menyerahkan rohnya kepada Allah. Ia dikuburkan di sisi Euthymius. Peninggalan Js. Euthymius tetap berada di biaranya di Palestina, dan peziarah Rusia Igumen Daniel kedua belas.

Troparion Irama IV

‘Bersukacitalah, ya gurun yang tidak pernah melahirkan! Beria-rialah, engkau yang tidak pernah merasakan degup persalinan! Sebab Orang yang Berhasrat-Rohani telah menambah-nambahkan anak-anak bagimu, menanam mereka dengan Kesalehan dan merawat mereka dengan Penyangkalan Diri kepada Kesempurnaan Kebajikan-Kebajikan. Oleh doanya, ya Kristus Allah, datangkanlah Damai kepada hidup kami’

Kontakion Irama VIII

‘Ciptaan mendapati sukacita dalam Kelahiranmu yang Terhormat dan dalam Peringatanmu yang Ilahi, ya Yang Terhormat, dan menerima penghiburan akan berbagai Mukjizat-Mukjizatmu. Berikanlah dengan kaya darinya kepada jiwa kami, dan basuhlah kenajisan dosa-dosa kami, agar kami boleh mengidung, Haleluya!’

Referensi : https://oca.org/saints/lives/2000/01/20/100238-venerable-euthymius-the-great

.

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.